Pengemudi Mobil SUV Arogan Tidak Hanya Ada di Indonesia, Simak Hasil Penelitian Berikut

Pengemudi Mobil SUV Arogan Tidak Hanya Ada di Indonesia, Simak Hasil Penelitian Berikut

harian-nasional.com/ – Aksi seorang pengemudi mobil SUV (Sport Utility Vehicle) bermerek Fortuner viral karena merusak mobil lain di kawasan Senopati, Jakarta Selatan, Minggu, 12 Februari 2023 dini hari WIB. Pengemudi itu diduga menggunakan samurai saat merusak mobil lain, dan menodongkan senjata airsoft gun ke arah pengemudi lain. Pengemudi SUV itu juga tampak menabrakkan mobilnya ke arah mobil lain.

Video itu banyak dikomentari netizen. Mereka mengecam apa yang dilakukan oleh pengemudi Fortuner tersebut.

Arogansi yang dipertontonkan pengemudi mobil SUV di jalan sudah sering terjadi di Indonesia. Hal itu menyebabkan masyarakat cenderung memiliki stigma negatif terhadap pengemudi mobil SUV .

Namun, rupanya stigma negatif terhadap pengemudi SUV tidak hanya terjadi di Indonesia. Sejumlah riset ilmiah menunjukan tingginya peristiwa yang menunjukkan arogansi pengendara mobil berjenis SUV di belahan dunia lain.

Studi yang dikerjakan Wallner dkk. pada 2017 yang mengaitkan pelanggaran lalu lintas dengan jenis mobilnya menunjukkan, 16,5 persen pengemudi SUV cenderung sering melanggar aturan lalu lintas seperti tidak mengenakan sabuk pengaman, menerobos lampu merah, hingga menggunakan ponsel saat mengemudi.

Di Inggris, Walker dkk. mengungkap angka pelanggaran pengemudi SUV yang mirip dengan di Australia. Sebanyak 8,2 persen pengemudi SUV menggunakan ponsel ketika mengemudi, dan 19,5 persen tidak menggunakan sabuk pengaman.

Sebuah studi lain yang dilakukan di San Fransisco Bay Area mengungkapkan data bahwa pengemudi yang lebih agresif cenderung memilih tipe mobil SUV . Sehingga, perilaku agresif tersebut cenderung dibawa ke jalanan ketika mereka berkendara.

Pakar safety driving Jusri Pulibulu mengungkapkan, kecenderungan arogansi pengemudi SUV muncul karena berbagai faktor. Salah satunya obsesi akan eksklusivitas. Banyak pengemudi SUV yang ingin diperlakukan berbeda dari pengendara lain.

“Ketika pengecualian tidak diindahkan, para pelaku akan marah. Marahnya akan bermacam-macam, terjadi konflik baik verbal ataupun nonverbal. Pemicu ekslusivitas tadi tidak hanya dari bentuk mobil,” kata Jusri Pulibulu kepada Pikiran-rakyat.com.

Menurutnya, pengguna mobil SUV cenderung memiliki sikap ekslusif dan ingin diperlakukan berbeda saat berkendara lantaran bentuk mobil yang lebih macho ketimbang mobil tipe city car lainnya.

“Dari dimensi mobil, ini akan meningkatkan ekslusivitas. Suara, harga, mobil, dan motor, itu akan memicu minta perhatian,” sebut Jusri Pulibulu.***