Inkontinensia Alvi

Inkontinensia Alvi

harian-nasional.com/ – Anus atau dubur menjadi organ yang memiliki tugas terakhir dalam sistem pencernaan makhluk hidup, termasuk manusia.

Anus dikelilingi oleh otot sfingter yang berfungsi untuk mengendalikan keluarnya feses.

Inilah yang menyebabkan manusia dapat menghentikan feses yang keluar disaat yang tidak semestinya, seperti saat tertidur.

Manusia juga dapat merasakan atau mendeteksi isi rektum saat ingin BAB, apakah cair, gas, atau padat.

Maka dari itu, seseorang yang tidak lagi dapat mengendalikan rasa buang air besar, bahkan feses keluar dari rektum menjadi pertanda suatu penyakit.

Inkontinensia alvi atau yang juga disebut inkontinensia feses adalah suatu penyakit yang menyebabkan feses keluar secara tiba-tiba tanpa disadari oleh penderitanya.

Inkontinensia alvi yang sebenarnya adalah hilangnya kontrol sfingter anus yang menyebabkan feses atau gas yang tidak diinginkan terlepas terlalu dini.

Feses yang keluar akibat inkontinensia alvi dapat berbentuk padat maupun cair. Istilah inkontinensia alvi digunakan jika mengalami salah satu dari kondisi ini:

  • kotoran bocor (keluar) saat mengeluarkan gas
  • kotoran bocor karena aktivitas fisik atau kegiatan sehari-hari
  • merasa harus segera ke kamar mandi
  • terdapat rembesan feses pada pakaian
  • kehilangan kontrol anus sepenuhnya

Penyakit ini dipengaruhi oleh usus bagian akhir, anus, dan sistem saraf yang tidak berfungsi secara normal.

Inkontinensia alvi sering terjadi pada lansia dan wanita dengan keluhan yang cukup beragam.

Diawali dengan keluarnya feses sesekali dalam jumlah sedikit ketika buang angin hingga hilangnya kemampuan mengendalikan BAB sepenuhnya.

Kebocoran usus yang tidak disengaja yang menyebabkan feses keluar dengan tiba-tiba sebenarnya bukan masalah medis yang serius.

Akan tetapi, penyakit ini mengganggu manusia dalam melakukan aktivitas sehari-hari karena takut jika feses dapat keluar disaat yang tidak seharusnya.

Penyebab

Dirangkum dari Web MD, penyebab inkontinensia alvi adalah adanya kerusakan pada otot-otot di sekitar anus (sfingter anal).

Kerusakan tersebut dapat terjadi akibat persalinan pervaginam. Hal ini menyebabkan wanita lebih berisiko terkena penyakit ini daripada pria.

Selain itu, operasi anus juga dapat merusak sfingter atau saraf anus yang menyebabkan inkontinensia anus.

Terdapat beberapa penyebab lain yang mengakibatkan inkontinensia alvi, di antaranya:

  1. Sering diare atau sembelit, menyebabkan otot-otot di rektum dan anus melemah
  2. Ketidakmampuan rektum untuk meregang, disebabkan oleh:
    – penyakit Crohn
    – jaringan parut dan kaku akibat pembedahan, terapi radiasi, atau penyakit radang usus
  3. Keterbatasan ruang pada rektum untuk menampung feses akibat adanya cedera atau bekas luka pada dinding rektum
  4. Gangguan berpikir (kognitif), seperti setelah stroke atau mengidap Alzheimer
  5. Rectal prolapse
  6. Rectocele (sindrom vagina kendur), rektum menonjol ke luar hingga area vagina

Gejala

Dilansir dari Mayo Clinic, inkontinensia alvi dapat terjadi sementara ketika serangan diare sesekali tetapi bagi sebagian orang, penyakit ini bersifat kronis atau berulang.

Terdapat dua jenis inkontinensia alvi, yakni:

  1. Inkontinensia mendesak, ditandai dengan dorongan tiba-tiba untuk BAB dan tidak dapat menghentikan keinginan untuk BAB
  2. Inkontinensia pasif, ditandai dengan keluarnya feses tanpa disadari atau tanpa ada dorongan untuk buang air, serta dapat keluar ketika penderita buang angin

Selain itu, terdapat beberapa gejala lain yang mungkin dapat dirasakan penderita inkontinensia alvi, di antaranya:

  • diare
  • sulit buang air besar (sembelit)
  • kram perut
  • anus terasa gatal
  • perut terasa kembung
  • buang air besar tidak teratur (konstipasi)

Diagnosis

Dirangkum dari Web MD dan Cleveland Clinic, penyakit ini dapat didiagnosis melalui wawancara medis, pemeriksaan fisik, serta beberapa pemeriksaan penunjang.

Beberapa pemeriksaan fisik yang mungkin dilakukan, di antaranya:

  1. Kultur tinja, untuk mengetahui adanya infeksi penyebab diare dan inkontinensia
  2. Endoskopi, untuk mengidentifikasi masalah pada saluran anus atau usus besar
  3. Manometri anorektal, untuk mengukur kekuatan otot sfingter
  4. Barium enema, untuk mengetahui kondisi saluran pencernaan bagian bawah
  5. MRI, untuk mengetahui kondisi sfingter anus dan otot anus secara detail
  6. Elektromiografi (EMG), untuk mengetahui fungsi dan koordinasi otot dan saraf di sekitar rektum dan anus
  7. USG anorektal, untuk memeriksa struktur sfingter anus
  8. Fraktografi, untuk mengukur kekuatan rektum dalam menahan feses agar tidak merembes
  9. Kolonoskopi, untuk memeriksa kondisi usus besar

Komplikasi

Dilansir dari Mayo Clinic, inkontinensia alvi dapat menyebabkan komplikasi, meliputi:

  • Tekanan emosional
    Penderita sulit mengendalikan rasa ingin BAB yang menyebabkan rasa malu, frustrasi, bahkan depresi karena takut diketahui orang lain.
  • Iritasi kulit
    Kulit di sekitar anus bersifat sensitif dan terasa halus sehingga ketika kulit melakukan kontak berulang dengan feses akan memicu rasa sakit dan gatal, bahkan menimbulkan luka (ulkus).

Perawatan

Mengutip Web MD, inkontinensia alvi dapat diatasi dengan dua metode, yakni secara non-bedah dan bedah. Berikut penjelasannya:

  1. Beberapa metode pengobatan non-bedah di antaranya:
    a. Mengatur pola makan dengan asupan serat yang lebih banyak
    b. Hindari makanan pedas, tinggi lemak, kafein, dan makanan yang diawetkan
    c. Penuhi kebutuhan air
    d. Konsumsi obat seperti Imodium, Lomotil, dan Hyoscyamine, untuk mengurangi pergerakan usus dan sensasi ingin BAB
    e. Konsumsi obat antidiare agar feses cair menjadi lebih padat dan lebih mudah dikendalikan
    f. Senam Kegel, untuk mengendalikan aliran urine dan membangun kekuatan otot panggul bawah
    g. Bowel training, yakni mengatur BAB pada waktu yang sama setiap hari
    h. Melakukan fisioterapi biofeedback, untuk memperkuat otot-otot di sekitar anus
  2. Beberapa metode pengobatan bedah, di antaranya:
    a. Sphincteroplasty, operasi untuk memperkuat otot-otot pada anus
    b. Melakukan stimulasi terhadap saraf dengan alat untuk merangsang saraf panggul yang menyebabkan inkontinensia alvi
    c. Kolostomi, untuk mengarahkan usus besar melalui lubang yang dibuat di kulit perut

Pencegahan

Beberapa tindakan berikut dapat membantu mencegah inkontinensia alvi, yakni:

  1. Mengurangi sembelit dengan rutin berolahraga dan konsumsi makanan kaya serat dan cukupi kebutuhan cairan agar tetap terhidrasi.
  2. Mengobati atau menghilangkan penyebab diare, seperti infeksi usus untuk membantu menghindari inkontinensia alvi
  3. Hindari mengejan saat buang air besar sebab dapat melemahkan otot sfingter anus atau merusak saraf yang mungkin menyebabkan inkontinensia alvi.