Ini 3 Penyebab Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak Rp18,2 Triliun

Ini 3 Penyebab Biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung Bengkak Rp18,2 Triliun

harian-nasional.com/ – JAKARTA, Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dolar Amerika serikat (AS) atau sekitar Rp 18,2 triliun. Cost overrun tersebut, lebih tinggi dari hasil audit pertama Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), yakni 1,176 miliar dolar AS atau setara Rp16,8 triliun.

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, memastikan pembengkakan biaya atau cost overrun bukan karena dikorupsi, melainkan disebabkan kenaikan biaya sejumlah komponen.

“Ini juga jangan diputarbalikkan juga seakan-akan cost overrun ini ada korupsinya. Inget loh, apapun yang terjadi pada saat Covid-19 itu kan tetap pembangunan harus dijalankan, tetapi tidak bisa maksimal karena situasi Covid udah pasti ada cost-nya,” ungkap Erick saat ditemui di gedung DPR RI, Selasa (13/2/2023).

Menurut dia, ada 3 penyebab pembengkakan biaya proyek KCJB, yaitu:

1. Kenaikan Harga Lahan

Tercatat, harga lahan di Indonesia cenderung naik setiap 3 bulan. Kondisi ini berbeda dengan di China, di mana pemerintah setempat dapat mengendalikan harga lahan melalui sebuah kebijakan.

2. Rantai Pasok Baja dan Besi Terganggu

Selain harga lahan, rantai pasok (supply chain) baja dan besi besi yang terganggu selama masa pandemi Covid-19 juga mendorong terjadinya pembengkakan biaya.

Supply chain baja dan besi yang sempat terganggu karena Covid-19. Kondisi itu membuat harga baja melonjak naik yang selanjutnya mempengaruhi penganggaran mega proyek di sektor transportasi massal tersebut.

“Lalu kita lihat juga, pada saat Covid ini supply chain sangat terganggu. Artinya harga komoditas tinggi termasuk besi,” ungkap Erick Thohir.

3. Menara BTS

Komponen berikutnya adalah menara Base Transceiver Station (BTS) milik PT Telkomsel Indonesia Tbk. Di mana, proses pemindahan menara BTS memiliki konsekuensi atas kompensasi bisnis Telkomsel. Komponen BTS itu sebelumnya tidak masuk dalam rincian anggaran proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung.

Sebagaimana diketahui, pembangunan KCJB mencapai 4,55 miliar dolar AS atau setara Rp64,9 triliun. Dana tersebut berasal dari pinjaman China Development Bank.
Jumlah tersebut setara dengan 75 persen dari total nilai investasi KCJB sebesar 6,07 miliar dolar AS.

Pinjaman proyek KCJB disepakati sejak 12 Mei 2017 lalu dengan tenor 40 tahun, masa tenggang 10 tahun, dan availability period hingga 2022. Sementara, suku bunga pinjaman 2 persen untuk dolar AS dan 3,5 persen untuk yuan.

Editor : Jeanny Aipassa

Follow Berita iNews di Google News