5 Petani Tewas dalam Serangan Kelompok Bersenjata di Kamerun

5 Petani Tewas dalam Serangan Kelompok Bersenjata di Kamerun

harian-nasional.com/ – Lima orang pekerja perkebunan pisang tewas dalam serangan kelompok bersenjata di barat daya Kamerun . Beberapa orang lainnya dilaporkan terluka.

Dilansir Reuters, Sabtu (11/2/2023), penyerang tak dikenal menembak sebuah truk yang membawa karyawan Perusahaan Pengembangan Kamerun (CDC). Para pekerja perusahaan agroindustri milik negara terbesar di negara itu sebelumnya menjadi sasaran separatis bersenjata Anglophone.

Presiden Serikat Pekerja Pertanian dan Sekutu Kamerun (CAAWOTU) Gabriel Mbene Vefonge mengatakan penyerangan terjadi sekitar pukul 17.30 waktu setempat di dekat kota Tiko. Penyerangan terjadi setelah para pekerja menyelesaikan pekerjaan mereka.

“Mereka pertama kali menembak pengemudi untuk melumpuhkan kendaraan. Mereka membunuh tiga pekerja lain yang duduk di depan sebelum menembak secara sporadis,” kata Vefonge kepada Reuters melalui telepon. Dia juga membenarkan bahwa total lima orang tewas.

Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan itu. CDC, polisi, dan perwakilan separatis tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Para penyintas serangan itu dirawat karena luka tembak di Rumah Sakit CDC Cottage Tiko. Hal itu diungkapkan oleh seorang perawat yang bekerja di sana yang berbicara dengan syarat anonim. Dia juga menolak untuk memberikan rincian lebih lanjut.

Konflik separatis, yang dipicu oleh marjinalisasi komunitas Anglofon Kamerun oleh pemerintah yang didominasi bahasa Prancis dan dirasakan selama beberapa dekade, berubah menjadi berdarah pada tahun 2017. Kekerasan terjadi setelah protes sederhana yang ditindas dengan kekerasan.

Sejak itu, ribuan orang tewas di negara Afrika tengah itu. Para pemberontak serta pasukan pemerintah bergantian melakukan kekejaman yang menyedihkan.

Bulan lalu, pemerintah mengatakan tidak mengamanatkan negara mana pun untuk memfasilitasi pembicaraan dengan separatis untuk membantu mengakhiri konflik, meskipun Kanada mengatakan telah menerima permintaan untuk mengerjakan proses perdamaian.